Film, Kurasi/Kritik

The Outfit: Satu Set Drama Mafia, akting luar biasa



Film “The Outfit” (2023) adalah sebuah drama yang mengisahkan kehidupan Leonard Burling, seorang tukang jahit yang tinggal di Chicago pada tahun 1950-an. Film ini berfokus pada permainan kuasa antara karakter-karakter yang terlibat dalam dunia mafia. Meskipun storyline-nya cukup klise, film ini menarik perhatian berkat akting para aktor yang memukau dan dinamika antar tokoh yang kompleks, dan treatment teater yang dipakai dalam gaya sinematisnya.

The outfit 2023 bercerita tentang Leonard (Mark Rylance), seorang cutter atau tukang jahit yang bisa membuat jas untuk orang-orang kaya, yang berasal dari Inggris dan tinggal di Chicago pada tahun 1950-an ketika Chicago menjadi salah satu kota yang banyak mafianya. Storylinenya cukup klise, yang saya tidak mau cerita di sini karena kalian bisa nonton sendiri. Yang menarik dari film ini adalah para karakter atau tokoh yang dimainkan aktor-aktor yang sangat hebat dalam hal pembentukan tokoh dan dinamika antar tokohnya. Ini film drama yang hanya bersetting di satu tempat saja jadi rasanya seperti teater yang dibumbui dengan shot-shot sinematik dari pembuatan setelan jas. Saking terasanya nuansa pementasan dalam film ini, ada kritik yang mengatakan bahwa ketika ia tahu film ini tidak diangkat dari drama panggung, ia malah kecewa. Pengalaman menonton filmnya membuat kita sangat merasakan sedang menonton sebuah teater.

Cara penyampaian dialog dan aksen setiap tokoh benar-benar terasa dari era 50-an di Chicago di mana komposisi identitas penduduknya adalah keturunan dari Irlandia datang dari selatan Amerika dengan aksen Texas yang kuat dan imigran dari negara di Afrika jajahan Perancis. Apalagi naskahnya merujuk pada karya-karya sastra seperti Oscar Wilde dan sastrawan-sastrawan awal abad 20 dari Inggris. Sungguh wahana yang ditampilkan oleh naskahnya seharusnya adalah sebuah panggung bukan film.

Terlepas dari wahana yang secara subjektif saya rasa kurang tepat, permainan yang memukau dari setiap aktor memberikan sebuah gambaran tentang permainan kuasa yang terjadi antara setiap tokoh. Tokoh sentral di film ini bernama Leonard Burling, seorang tukang jahit dan pembuat setelan jas yang sejak awal film kita lihat sangat tua, lemah, tekun, dan penuh pengabdian kepada pekerjaannya sebagai tukang jahit untuk setelan jas yang dibuat dengan sangat sulit. Ia dibantu oleh seorang gadis bernama Mabel yang adalah warga lokal di daerah tempat toko itu berdiri. Mabel punya cita-cita untuk bisa ke luar negeri secara independen. Latar belakang Mabel adalah anak dari seorang mafia yang mati misterius bertahun-tahun sebelumnya. Di film ini kita melihat bahwa karakter Leonard dan Mabel adalah karakter-karakter yang tidak heroik dan menjadi korban dari sindikat mafia yang ada di Chicago saat itu.

Lalu di pihak mafia ada sebuah keluarga besar dari seorang mafia bernama Roy Boyle. Ia punya anak bernama Richie dan seorang ajudan yang sangat ia banggakan bernama Francis. Sejak awal kita melihat Richie dan Francis kita sudah merasa ada yang aneh di antara hubungan mereka bahwasanya Francis adalah seorang dari jalanan yang sangat sadis tapi bisa yang sama juga mengabdi kepada Roy yang ia anggap ayahnya sendiri dan mengangkatnya dari jalanan.

Saya tak perlu melanjutkan soal cerita ini karena sudah ketebak tapi yang penting dari film ini adalah permainan setiap aktor sebagai tokoh-tokoh itu sangat meyakinkan dan sangat padat sehingga kita pelan-pelan melihat proses perubahan setiap karakter walaupun kita tahu seperti apa endingnya nanti karena ceritanya cukup klise tadi.

Film ini hanya ada dua set. Set minor adalah di tampilan luar toko, dan set mayor yang mendominasi adalah di dalam toko yang terdiri dari tiga ruang: resepsionis/ruang tunggu, ruang pameran dan pengukuran, dan ruang workshop. Di antara dua ruang terakhir ada toilet kecil untuk cuci tangan atau buang air, yang shotnya, seingat saya hanya dari luar.

Film ini tidak memberikan hal baru tentang budaya mafia yang sudah kadung populer di dalam film-film Hollywood. Bahwasanya ada keluarga-keluarga mafia dari para imigran baik dari Italia ataupun Prancis membuat kita cukup akrab dengan tema keluarga mafia di dalam film ini. Yang menjadi pertanyaan sebenarnya kenapa tidak ada mafia Inggris di dalam film-film Hollywood Amerika. Karena tokoh utama kita dalam film The outfit adalah seorang imigran dari Inggris yang tidak terlihat seperti mafia. Apalagi di Inggris geng dan mafia merajalela sudah lebih lama daripada di Amerika Tapi tidak dalam bentuk multikultural seperti di Amerika. Di Inggris tentunya kita kenal punk mod subkultur subkultur yang menjadi semacam dunia mafia sendiri. Dan kita tahu bahwa mod adalah subkultur gangster Inggris dengan baju yang rapi. Jadi bisa disimpulkan bahwa tokoh Leonard dalam film The Outfit adalah dari subkultur mod di Inggris.

Sebagai kesimpulan saya rasa ini film yang penting untuk ditonton para aktor dan sutradara serta produser yang ingin memaksimalkan akting dan production design dalam film mereka. Di Indonesia mungkin bisa dibuat lebih murah, dengan set yang terbatas Tapi maksimal apalagi film drama di Indonesia adalah salah satu genre yang juga sangat disukai orang. Tinggal bagaimana cara mencari penulis aktor produk desain sutradara yang punya kepekaan terhadap sejarah dan pengalaman karakternya. Iya, saya tahu itu artinya semuanya. Haha.

Selamat syuting.


Eksplorasi konten lain dari Esei Nosa

Berlangganan untuk dapatkan pos terbaru lewat email.

Tinggalkan komentar

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses.