Filsafat, Memoir, Racauan, Workshop

Karya Yang Baik adalah Karya Yang Jadi

Tapi tidak boleh asal jadi.

Lebih baik lagi kalau kita bisa berencana dalam menghitung skala seberapa lama dan seberapa berat kita akan mengerjakan sebuah proyek. Sejak awal kita sudah punya perhitungan kira-kira seperti apa akhirnya dan bagaimana mengakhirinya ketika waktu sudah habis; apakah ada rencana B sampai Z? Secara teoritis, jika perencanaan sudah lumayan matang, tingkat kemelesetan tidak akan parah-parah amat.

Tapi memang stres tidak terhindarkan dalam tekanan waktu dan deadline.

Ini saya bicara secara abstrak untuk proyek apapun, dan secara teoritis. Pada praktiknya, kenyataan bisa sangat kacau balau. Sulit sekali untuk mengendalikan agar rencana sesuai dengan kenyataan. Semakin besar proyeknya, semakin melibatkan banyak orang, maka kita harus mampu berkolaborasi, dan mempercayai orang lain untuk mengerjakan bidang mereka masing-masing, namun di saat yang sama juga bersiap kalau mereka kacau, gagal, atau hilang di tengah proyek.

Kegagalan adalah kalau karyanya tidak selesai.

Beberapa minggu lalu saya sempat berhadapan dengan klien dari salah satu insitusi negara yang tidak mau bayar term 2 sebuah proyek video, hanya karena selesainya proyek tidak sesuai dengan kemauan mereka. Mereka juga tak tahu apa yang mereka mau. Proyek dilaksakan dengan kerja keras dan sesuai dengan wanti-wanti saya dari awal bahwa ini akan jauh dari sempurna karena masalah waktu dan budget—kalaupun budget mereka ada, saya tidak punya waktu untuk membuat ini sempurna. Salahnya saya, saya menerima bujuk rayu dan kasihan pada mereka. Akhirnya saya tidak dibayar malah dapat marah-marah dari pejabat.

Buat mereka proyek itu tidak selesai, tapi buat saya dan tim, selesai. Kami kirim hasilnya, kami sudah berusaha sebaik kami. Dan cuma orang-orang seperti mereka yang terjebak birokrasi dan ketakutan jabatan yang tidak bisa terima akal sehat, yang membuat kami kelabakan kerugian seperti ini. Tapi selama proyeknya jadi, itu sudah lumayan.

Ke depan ada banyak sekali rencana-rencana, dan kebanyakan dari rencana itu kemungkinan akan berakhir buruk (baca: gagal jadi). Tapi kita lihat saja bagaimana takdir semesta. Yang jelas, skala prioritas dibuat seperti antrian first come first serve. Segala app schedule dan koordinasi dipakai untuk mengejar target. Karena pemaknaan kehidupan kita hari ini adalah menyelesaikan tugas, sampai suatu hari tugas itu menyelesaikan kita.