Saat kau tak di sini, ada langkah kakimu yang menjejak di lantai kamar kita. Detak jantungmu di sebelahku membangunkanku di tengah malam. Ketika kupaksa memejamkan mata, desah nafasmu menggaung di udara, memaksaku membuka mata hanya untuk memandang kekosongan.
Gelap.
Lalu suara angin di luar jendela menjelma nyanyianmu. Titik-titik air di kamar mandi menjadi dentuman-dentuman ritmik. Kerinduan adalah melodi paling indah dan memilukan. Kekhawatiran yang hadir dari absen. Kegamangan yang mengisi tiada. Di di situ kau penuh, ruah, melimpah, mengisi setiap relung dan ruang.
Inilah saat ketika kehidupan dan kematian bercampur dalam keabadian. Bisa kau bayangkan, sebuah saat sekarat yang tak pernah menuju mati. Semua hal perlahan membusuk, rambut merontok, kulit, mengelupas, daging terkoyak, dan tulang tergerus.
Aih, waktu begitu lambat berlalu. Aku dan kamu masih berjalan bergandengan di remang malam tak berujung dan kita tertawa dan kita bertengkar dan kita menangis dan kita bersalah. Kita bersalah karena berjalan terlalu cepat dan menghabiskan waktu itu. Hingga kini, waktu kita tertinggal dan aih, waktu begitu lambat berlalu.
Apa kau akan terus mencintaiku? Karena aku mati ketika menujumu, pulang padamu, dan tak pernah sampai.
Apa kau akan terus menungguku? Karena aku sudah pulang dan kau tak ada di rumah. Aku menciumi harum tubuhmu dari pakaian yang kau tinggal di lemari. Dari parfum yang tak pernah kau bawa pergi. Aku mengambil helaian rambut dari sisirmu dan menjalinnya, membelainya, dan menghirup apapun yang tersisa di sana.
Aku percaya kau akan terus mencintaiku. Aku percaya kau akan terus menungguku. Karena harum tubuhmu, detak jantungmu, merdu suaramu, desah nafasmu, masih melingkar di setiap sisi ruang. Kita hanya terpisah dunia saja.
Karena aku mati, ketika menujumu.
Dalam bayanganku aku pulang padamu, dan kau membuka lebar tanganmu, menghadiahiku peluk cium. Aku tenggelam di dadamu. Hangat. Detak jantungmu kencang, tanda kau mencintaiku.
Kau tetap mencintaiku. Aku yakin. Itulah sebabnya di tempat ini kau muncul di segala sudut. Tapi kau tak bisa menungguku. Karena dalam penantianmu artinya aku benar-benar mati.
Dalam gerak hidupmu, dalam semangat hidupmu, dalam segala cita-cita, dalam segala ambisi, kau akan menemukan aku. Itulah caramu menghidupkanku.
Dan inilah caraku menghadirkanmu.
Dengan merindu.