
Bapak kami di neraka
Bahasa warisan bapak
Benar salah baik buruk
Dicetak di dalam otak
Semenjak kanak-kanak.
Bapak yang mengatur
semua cara tutur
kalau kita melantur
bapakkah yang ngawur?
Kita tidak boleh membaca
semua yang menentang kuasa
Kalau kritik bicara
kita akan binasa
Bapak atur wacana
sensor dan penerangan
kotor dalam kegelapan
akal sumber bencana
Hari ini semua meradang meledak
kabar prematur dimatangkan media
dibesarkan massa dalam teriak serak
“Kami benci mereka yang berbeda!”
Bapak!
Kami yang durhaka sudah menurunkanmu
menghina-hinamu, membebaskan diri darimu
kau sudah dikubur dalam candi
yang diam-diam kami ludahi
Tapi kenapa bapak tak mati-mati!?
Di tanganmu darah kami bergelimpangan
bibir, dan telinga kami kau jadikan hiasan
lidah kami kau jejalkan pada aspal jalanan
mata kami melotot di propaganda dingin
Di dinding-dinding tercoret mural sejarah
yang kau tutup dengan cat cairan muntah
membusuk jeroan-jeroan mayat membuncah
mahasiswa, aktifis, komunis, penyair, bocah-bocah
generasi hijau hitam putih biru ungu dan merah!
Semua sudah kau buat menjadi anakmu yang durhaka!
Tapi kami tak juga bebas dari bahasamu, dari senyumanmu
dari kebencian yang kau tanamkan pada kami demi kau!
Bapak kami di neraka,
Ampuni kami bebaskan kami dari kedengkian
dan kebencian dan sayangi kami dengan semestinya
dengan sederhana, dengan segala kasih dan sepatutnya
seorang bapak melepaskan anak bujangnya berkelana
Biarkan kami dewasa
Bawalah perangmu ke alam baka