Prosa, Serial Annie

Annie #3

Disclaimer: cerpen ini mengandung adegan seks dan kekerasan.

Annie pacaran dengan Jay waktu SMA. Jay pemuda bertubuh kekar, berkulit gelap; selera Annie. Dia adalah jagoan sekolah: suka berkelahi, populer di antara cewek-cewek karena ganteng dan di antara guru-guru karena bandel.

Jay jadian sama Annie karena Annie bukan tipikal cewek baik-baik. Umur 15 sudah jadi perokok berat; rokoknya kretek. Bisa bermain alat musik gitar dan bass, dan Jay berharap Annie bisa diajak bercinta seperti film-film setengah porno yang ia tonton di bioskop di belakang rumahnya–rumah Jay dekat dengan pusat perbelanjaan Blok M. Tubuh Annie yang padat berisi dan wajahnya yang cantik tapi agak polos mengingatkannya pada Yati Octavia artis muda itu. ‘Mantap,’ Pikir Jay.

Tapi dasar Annie perempuan yang jago berkelit dalam kata dan bahasa tubuh. Setiap bercumbu dengan Jay, dia jago bergulat dan licin seperti belut. Bukannya tidak mau bercinta sama Jay, tapi Annie ingin mendominasi Jay seperti ibunya mendominasi ayahnya—adegan seks yang sering Annie lihat sewaktu kecil. Sebelum Jay menyerah, Annie takkan memberi. Annie ingin diberi kesempatan memimpin.

Setelah sebulan pacaran, Jay akhirnya tidak sabar. Ia berusaha memperkosa Annie. Terjadilah pergulatan sengit di kamar Jay—ya, rumah Jay sering kosong lantaran orang tuanya sama-sama sibuk. Ayah Jay adalah menteri senior yang sedang naik daun, dan ibunya (istri ke tiga) selalu sibuk senang-senang menghabiskan uang. Di kamar, Jay mulai berani merobek-robek baju Annie. Semakin Annie melawan, semakin Jay bernafsu. Akhirnya Annie pasrah. Dia diam saja dan Jay menelanjanginya selembar demi selembar.

Jay menjilat tubuh Annie. Tangannya menggerayangi payudara Annie dan masuk ke selangkannya. Tiba-tiba Annie menyikut wajah Jay. Bibir Jay berdarah. Lalu Jay marah dan mulai memukul Annie. Annie menangkis. Dan perkelahian itu terjadi. Jay tak pernah mengira, kalau sifat Annie yang tomboy: merokok dan bicara kata-kata kotor, bukan karena ia bisa dipakai sembarangan seperti pelacur, tapi karena ia sudah biasa latihan tae kwon do dengan omnya, Marwan, seorang atlet nasional yang sering mengumpat dan mengajarkan Annie merokok. Annie sedari tadi berusaha lembut kepada Jay, supaya Jay bisa membuktikan kejantanannya.

Kejantanan bagi Annie bukanlah kontol besar menegang, tapi bagaimana memperlakukan perempuan dengan lembut seperti berdansa.

Dan Jay terlalu bodoh, insting kawinnya sulit ia bendung sendiri.

**

Jay dan Annie telanjang bulat seperti habis bercinta; nafas keduanya terengah-engah. Tubuh keduanya penuh luka dan lebam. Tetapi Jay lemas setengah pingsan, dan Annie tegak berdiri.

Tiba-tiba Annie mendekati Jay. Jay takut dan hendak kabur, tapi tubuhnya lemas. Mungkin ada beberapa tulang rusuk yang patah dan sendi-sendi keseleo. Jay tak bisa bergerak dan hanya bisa pasrah.

Tangan Annie menyentuh penisnya. Annie mulai menjilat, melumat penis lemasnya. Jay ereksi kembali, padahal ia tidak mau.. Karena setiap Annie mengulum, rasa sakit begitu terasa di pinggangya dan selangkangannya. Annie tidak perduli,

Setelah itu Annie duduk di atas Jay, memasukan penis Jay ke dalam vaginanya yang basah. Annie hanya sedikit mendesah, dan Jay berteriak kesakitan. Setiap gerakan Annie seperti meremukkan tulang-tulang Jay. Ada darah keluar dari selangkangan Annie. Tangan Annie mencengkram dada Jay yang lebam. Annie semakin cepat. Seperti dendam pada keledai yang tak kunjung berjalan.

Tiba-tiba ada suara isakan. Jay, lelaki bertubuh besar berkulit gelap, berwajah tampan, bersuara bass, suka berkelahi itu… menangis. Suara tangisnya melengking seperti suara anak babi. Dia minta-minta ampun pada Annie.

Annie menghela nafas. Lalu berdiri. Penis Jay yang diwarnai merah darah perawan sudah lemas lagi, tanpa ejakulasi. Annie merasa jijik pada Jay.  Perasaan sukanya hilang sama sekali. Jay cuma lelaki lemah.

Jay sudah ternoda, ia sudah jadi barang bekas.

Lalu Annie memakai celana sekolah Jay yang kebesaran, memaksa mengikatnya dengan gesper Jay yang juga kebesaran. Ia mengambil baju sekolah Jay juga dan memakainya. Tanpa bra yang sudah diputuskan Jay, sepasang puting coklat gelap Annie terlihat jelas membias. Ia mengambil jaket jeans milik Jay dari gantungan untuk menutupi puting itu.

Ia meraih tas Jay di samping tempat tidur, lalu mengambil uang dari dompet Jay. “Untuk gantiin semua baju gue yang elo robek.” Katanya dengan datar. Annie mengambil tasnya sendiri, memakai sepatunya dan keluar dari kamar. Sebelum pulang Annie mampir ke pasar Mayestik, beberapa blok dari rumah Jay, untuk belanja baju sekolah dan baju dalam. Di depan toko baju, Annie meletakan setelan seragamnya di tanah dan mengotorinya, menginjak-injaknya. Ia lalu memungut baju baru yang kotor itu dan melenggang. Pemilik toko, seorang Cina yang sipitnya agak parah, sampai melek.

Annie mencari toilet umum, memakai baju barunya yang kotor dan melihat luka lebam di wajahnya. Tidak begitu parah, pikirnya. Ia berpikir akan cerita pada orang tuanya bahwa ia berkelahi dengan teman sekelasnya sesama perempuan. Ia tak mau orang tuanya tahu kalau ia habis memperkosa lelaki.

**

Besoknya di gudang belakang sekolah, sambil merokok Annie bercerita soal Jay yang membuatnya jijik pada sahabatnya, Joff, Jan dan Marie. “Jay jijik. Jijay!” Kata Annie.

Marie adalah perempuan paling comel di gang itu, dan dalam seminggu, gosip menyebar tentang Jay yang diperkosa Annie. Annie tak pernah perduli. Gosip itu membuatnya ditakuti lelaki. Tapi sejak itu Jay tak pernah berkelahi lagi dengan siapapun, apalagi kalau ada Annie di sekitarnya. Jay tidak berani marah lagi, walaupun banyak orang mengejeknya dengan sebutan: JIJAY.

Tinggalkan Balasan

Isikan data di bawah atau klik salah satu ikon untuk log in:

Logo WordPress.com

You are commenting using your WordPress.com account. Logout /  Ubah )

Foto Facebook

You are commenting using your Facebook account. Logout /  Ubah )

Connecting to %s

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.