Straight to the point saja, bagi saya, ada tiga situasi tertentu yang memicu kecemasan. Pertama, saat saya merasa tidak produktif karena depresi, saya merasa bersalah dan malu. Masyarakat telah mengkondisikan kita untuk percaya bahwa kita harus selalu produktif, dan tekanan ini bisa jadi sangat mengganggu. Namun, penting untuk diakui bahwa produktivitas tidak selalu menjadi yang paling penting. Menjaga kesehatan mental dan kesejahteraan kita harus menjadi prioritas.
Kedua, saat saya terlalu produktif. Seperti yang diungkapkan oleh Jacques Lacan, hasrat kita tidak pernah sepenuhnya terpuaskan, dan kita selalu mencari sesuatu yang lebih. Ketika kita mencapai satu tujuan, kita langsung mengarahkan pandangan kita pada tujuan berikutnya, yang bisa mengakibatkan siklus produktivitas dan kecemasan yang tidak pernah berakhir. Sebagai penderita bipolar 1, ini tahap manic yang sering sekali saya alami dan saya kontrol denhan alarm di HP saya.
Terakhir, jika saya tidak mendapatkan tidur dan makanan yang cukup, saya bisa merasa cemas tentang segala sesuatu. Kesejahteraan fisik kita sangat erat hubungannya dengan kesehatan mental kita, dan mengabaikan salah satunya dapat berdampak negatif pada yang lain. Menjaga kebutuhan dasar kita, seperti tidur dan nutrisi, dapat membantu mengurangi perasaan kecemasan dan mempromosikan perasaan kesejahteraan.
Tekanan untuk selalu produktif dan mencapai lebih banyak lagi dapat memicu kecemasan dan stres. Penting untuk mengakui nilai istirahat dan kesenangan, dan memprioritaskan kesehatan fisik dan mental kita. Seperti yang diungkapkan oleh Slavoj Zizek, “Rumus yang sebenarnya dari ateisme bukanlah Tuhan sudah mati – bahkan dengan mengabaikannya, kita masih mendefinisikan diri kita sebagai berkaitan dengannya. Rumus ateisme adalah Tuhan adalah tidak sadar.” Sebagai ateis yang solat, saya cukup percaya hal ini. Kita harus mengakui dorongan dan hasrat yang tidak sadar yang memotivasi kita, dan berusaha mencari kesadaran itu untuk mendapatkan keseimbangan antara produktivitas dan kesenangan.
***
Tulisan ini tidak bebas AI, tapi berasal dari racauan saya. Paragaph AI di wordpress ikut membantu sebagai bagian dari eksperimen menulis saya. Tulisan ini tetap menggunakan bahan personal. Jika kamu suka yang kamu baca, yuk traktir yang nulis kopi biar saya tetap semangat nulis dan jadi diri sendiri.
Satu pemikiran pada “My anxiety, my productivity”