Annie tidak suka naik motor.
Ia dilahirkan di ruang tunggu sebuah klinik bersalin kecil bernama Maria Mathilda di Jakarta Selatan tahun 1983. Ia sangat beruntung. Karena jika tidak beruntung, ia akan lahir di tengah berjalannya sebuah motor. Ya. Bapaknya nekat membawa ibunya yang hamil tua naik motor menuju klinik.
Jalanan yang panas terik tiba-tiba basah dengan air yang dibawa motor itu.
Air ketuban.
Sepanjang jalan, I’in, ibunya Annie, berteriak-teriak memanggil monyet, anjing dan babi. Ia mengancam suaminya, Jance, jika anaknya sampai keluar di jalan dia akan makan otak suaminya yang kosong tapi jorok itu hidup-hidup. Seperti Hendri, seorang cina tetangga mereka yang pernah makan otak monyet hidup-hidup di halaman rumahnya.
Annie lahir dengan berat 2, 6 KG di ruang tunggu klinik bersalin Maria Mathilda pada tanggal 26 Agusus 1983. Maklum saat itu klinik sedang penuh, tapi I’in tak ingin pindah tempat. Banyak bapak-bapak di ruang tunggu trauma nelihat kelahiran Annie. Tapi I’in lebih trauma lagi. Trauma sekali perempuan itu pada motor milik Jance.
Jadilah semenjak lahir Annie dijejali cerita horror tentang sebuah motor honda CB 1978 yang hampir membunuhnya ketika kepalanya baru mulai keluar dari memek ibunya.
Motor itu dibeli Jance dari sahabatnya, Jamin, ketika jamin kecanduan lotere dan madat. Jance bekerja sebagai seorang kuli tinta di sebuah perusahaan koran keluarga Cina. Ketika pertama kali ia bawa motor itu ke kantor, dan bosnya melihat, si bos tiba-tiba panik dan menyuruh Jance untuk mengembalikan motor itu ke penjualnya.
“Ce, Lu ingat si Tang, e? Itu, koh yang dulu sering main kiu-kiu di belakang?” engkoh Cau semangat memberitahu Jance. “Itu motor anaknya, anaknya mati kecelakaan dilindas truk.”
“Ah, tahu darimana koh?” tanya Jance.
“Itu ada nama dia,” Koh Cau menunjuk huruf Cina di tangki bensin motor, persis di bawah merk Honda, “Tang Jing Bok.
“Katanya di kecelakaan itu motornya utuh. Motor bawa sial itu, ce. Bakar saja.”
Enak aja bakar-bakar, Jance berkata dalam hati. Belinya tabungan setahun.
Ia tak peduli kata bos nya yang terkenal sangat hafal feng sui. Jance capek ke kantor naik ankot dan jalan kaki. Tapi benar saja, selalu ada hal-hal sial yang terjadi semenjak Jance naik motor itu.
Pertama, ia pernah kecelakaan masuk parit karena lubang di jalan. Motor itu utuh.
Kedua, ia pernah tersambar petir ketika pulang hujan-hujan. Untungnya dia hanya pingsan. Motor itu utuh.
Ketiga, rantai motor itu pernah putus ketika ia sedang liputan di luar kota, sampai Jance harus jalan 4 jam mencari bengkel.
Tapi bukan Jance namanya kalau menyerah pada klenik. Ia percaya bahwa motor itu tidak ada hubungan dengan kesialannya. Sampai hari kelahiran Annie.
Jance adalah anak ketiga dari empat bersaudara, semua lelaki. Bapaknya Jance anak kedua dari tujuh bersaudara, semuanya laki-laki. Semua ponakan Jance laki-laki. Semua sepupunya dari om-omnya laki-laki. Sungguh tidak ada satupun dalam dua generasi keluarga Jance yang perempuan. Sampai Annie lahir, dan di situlah Jance sadar bahwa, ya… motor itu membawa sial.
Akhirnya Jance menjual motor itu kepada kawan lamanya, Udin. Udin membawa motor itu ke rumah barunya di mampang, untuk menjadi tukang Ojek. Sayangnya Udin salah pilih pangkalan. Ia mangkal di bawah pohon duren dan meninggal tertimpa durian matang.
Sementara itu Jance menolak melihat Annie sebagai anak perempuan, paling tidak sampai istrinya hamil lagi. Empat tahun kemudian Jance memaksa I’in untuk tes kesuburan, karena ia tak juga hamil. Di situlah baru terungkap bahwa motor sial itu telah merenggut kesuburannya dengan merusak rahim Iin. Kalau Jance tak kawin lagi, maka bisa jadi, Annie adalah anak satu-satunya.
Jance tak mau dan tak pernah kawin lagi. Annie tak pernah berhenti diperlakukan bapaknya sebagai lelaki.