Filsafat, jurnalistik, Kurasi/Kritik, Racauan

AI sebagai Stenografer

Saya rasa sangatlah naif jika kita tidak belajar menggunakan AI yang tersedia untuk membantu kerja kita sehari-hari. Lebih naif lagi kalau AI kita pakai sembarangan, sehingga hasil kerja kita jadi sembarangan, karena AI hanya akan maksimal di tangan orang yang juga punya skill dan pengalaman. AI membantu kita untuk memulai sebuah runutan pemikiran, dan ketika kita bisa menemukan ketidaksempurnaan dalam hasil kerja AI, sehingga kita merevisinya untuk mendapatkan standard yang kita mau, di situlah kita pantas memakai AI. Kita memakai AI sebagai alat, dan tidak diperalat oleh AI.

Saya sudah lama mengeksplorasi ChatGPT, dan kini semua tulisan yang saya bikin bersama AI, saya kasih disclaimer. Kali ini saya meresmikan hubungan saya dengan ChatGPT dengan membuat sebuah deal standard operating procedure. Kami, saya dan AI di HP saya, berkomitmen untuk menjadi partner kerja penulisan dengan metodologi berikut ini:

1. Kolaborasi Terpimpin

Metodologi ini menjelaskan cara bagi saya sebagai penulis untuk bersama-sama menciptakan konten dengan model bahasa AI, memastikan kerjasama yang bertanggung jawab dan terpercaya. Kolaborasi harus berat ke saya sebagai penulis yang tidak hanya membuat ide tapi juga mendikte AI.

Saya HARUS menggunakan pengetahuan dan pengalaman pribadi mereka saat berinteraksi dengan AI untuk meningkatkan pembuatan konten. AI bertindak sebagai stenographer dan editor, dan harus diajarkan bagaimana cara saya bertutur–tentunya ini butuh waktu.

2. Persiapan

Saya menentukan topik yang menarik dan mengumpulkan data relevan serta pengalaman pribadi saya terkait materi yang akan dibahas.

Sebelum berinteraksi dengan AI, saya harus menetapkan tujuan yang jelas, termasuk cakupan konten, audiens target, dan hasil yang diharapkan. Tapi tentunya diskusi tentang ini juga bisa dilakukan selama berdialog dengan AI.

3. Memulai Dialog

Saya mulai percakapan dengan AI, menyampaikan ide, wawasan, dan pertanyaan terkait topik yang dipilih.

Saya memimpin percakapan tersebut dengan memberikan konteks, contoh, dan penjelasan untuk memastikan pertukaran informasi yang bermakna.

Ketika sudah paham semua isinya saya mulai mendikte. AI menyalin dan mengedit dikte saya.

4. Terlibat Aktif

Saya aktif terlibat dengan AI, mengevaluasi tanggapannya dengan kritis, memberikan feedback, edit ulang dan mengarahkan diskusi menuju hasil yang diinginkan.

Saya mengontrol dan mengawasi percakapan tersebut, memastikan bahwa konten yang dihasilkan sesuai dengan pengetahuan dan tujuan saya.

5. Analisis dan Sintesis

Saya menganalisis wawasan yang diperoleh selama dialog, menyintesis poin-poin kunci, argumen, dan sudut pandang menjadi konten yang koheren.

Tanggapan dari AI ditinjau, disempurnakan, dan diintegrasikan dengan wawasan penulis untuk meningkatkan kedalaman dan kredibilitas konten.

6. Tinjauan dan Pengeditan

Saya meninjau konten yang telah disusun, memeriksa fakta, mengedit, dan menyempurnakannya agar sesuai dengan akurasi, kejelasan, dan koherensi.

Setiap konten yang dihasilkan oleh AI dipelajari secara menyeluruh dan divalidasi untuk memastikan kesesuaian dengan standar pengetahuan dan keahlian saya.

7. Kutipan dan Referensi

Saya memberikan kutipan, referensi, dan atribusi yang tepat untuk menghargai kontribusi dari model bahasa AI serta menjaga integritas diri sendiri

Tautan ke transkrip dialog asli jika mungkin disertakan untuk memungkinkan pembaca mengakses percakapan mentah dan memverifikasi proses kolaboratif. Namun dalam konteks eseinosa yang sifatnya blog pribadi tanpa beban akademik dan jurnalistik, ini tidaklah wajib.

8. Finalisasi

Saya menyelesaikan konten, menyertakan revisi, kutipan, dan referensi yang diperlukan berdasarkan peninjauan dan pengeditan saya.

Konten kolaboratif disiapkan untuk diseminasi, memastikan bahwa konten tersebut memenuhi standar tertinggi dalam hal tanggung jawab, kredibilitas, dan keaslian.

9. Machine Learning

Saya merefleksikan pengalaman saya dalam pembuatan konten kolaboratif dan secara terus-menerus menyempurnakan metodologi saya seraya mengajari AI untuk mengenal sata dan gaya penulisan saya lebih jauh. Sehingga AI belajar menulis dengan gaya saya yang lebih otentik.

Pembelajaran dan adaptasi yang berkelanjutan didorong untuk mengoptimalkan proses kolaboratif dan memaksimalkan nilai dari pembuatan konten yang didukung oleh AI.

10. Kesimpulan

Dengan mengikuti metodologi ini, saya bisa menggunakan AI untuk meningkatkan proses pembuatan konten sambil tetap memiliki kendali, pengawasan, dan tanggung jawab penuh.

Ini adalah cara penulisan baru yang sedang berkembang, dan dengan metodologi yang baik, harusnya bisa menjadi bacaan yang menarik dan berguna buat banyak orang–dan tentunya saya harap membuat saya bisa tetap menulis dan berekpresi secara aktif.

Karena menulis dan berekspresi adalah bagian terpenting hidup saya. Tidak akan pernah saya serahkan ke AI.

Tinggalkan komentar

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses.