Dan dalam diam mereka berdua melihat ke kedalaman mata masing-masing. Aras memandang neon-neon malam kota di mata Diva, dan Diva memandang bintang-bintang langit hutan di mata Aras.
Inilah perpisahan.

Tangan mereka bergandengan di atas meja, di kafe stasiun. Kereta sudah sampai sedari tadi dan Aras sudah semestinya pergi. Lampu jingga dan suara-suara orang lalu lalang menjadi latar adegan ini. Air mata Diva mengalir dari mata kanannya. Bibir Aras gemetar. Tangan kanannya menyapu air mata, menempelkan tetesan di jarinya ke bibirnya. Merasakan asin air mata Diva.
Inilah perpisahan.
Nafas mereka berat. Seperti kali terakhir mereka bercinta di dalam mobil Diva beberapa jam yang lalu. Tapi kata sudah terucapkan, komitmen telah dibuat. Diva akan menikahi lelaki lain, dan Aras harus pergi menyelesaikan filmnya ke penjuru negeri. Peta hidup masing-masing sudah ditandai. Persinggahan sudah selesai. Perjalanan percintaan sudah berakhir.
Kenapa tidak dilanjutkan? Agar intimasi ini abadi, kata Diva. Karena hidup kita harus lebih besar dari keberadaan kita, kata Aras. Berdua sepakat, salah satu harus berangkat.
Inilah perpisahan.