Filsafat, Memoir, Racauan

Omnis Ardentior Amator Propriae Uxoris Adulter Est

Photo by Myriams Fotos on Pexels.com

Neraka punya satu aturan:

Omnis ardentior amator propriae uxoris adulter est

-cinta kepada hak milik orang lain adalah perzinahan-


Ketika saya baru saja lepas dari belenggu fundamentalisme Islam yang aneh di SMA, saya bercinta dengan seorang perempuan yang takkan pernah saya lupakan sampai saya mati. Percintaan nekat yang melanggar dua hal paling tabu dalam peradaban kita sekarang: [1] dia adalah kekasih pria lain, dan [2] dia Katolik.

Tapi untuk saya, cinta adalah agama paling mulia dan ibadah paling suci. Masih terasa aroma tubuh dengan parfum white musk, kulitnya yang putih dan halus bagai “tugu pualam” (mengutip Shakespeare), dan kalung salib emas kecil dengan satu berlian di tengahnya yang menjadi objek utama saya ketika dia di pangkuan. Vaginanya adalah gerbang ke santuari paling suci, payudaranya adalah kelembutan yang menghangatkan jiwa, bibirnya adalah roti dari daging Yesus, dan liurnya adalah anggur suci, darah dari perjamuan terakhir.

Sementara salib emas itu adalah tujuan hasrat fetisisme saya. Ia memantulkan cahaya lampu kamar menjadi nur suci yang merasuki setiap celah di darah, memompa udara ke dalam jantung dan membersihkan hati dan pikiran dari segala dosa. Peluh dan peluh bercampur, liur dan liur melarut, cairan menyatu, doa menyatu, perasaan menyatu, agama 

menyatu. 

Dan bagi perempuan itu, saya adalah tahanan di ruang asing tertutup yang meraung minta dibuka dan diselamatkan. Ia rela menerobos masuk, melewati batas-batas budaya dan agamanya sendiri, menggenggam tangan saya dan menarik saya keluar. Keluar menuju semesta tanpa batas dengan bintang-bintang dan bimaksakti-bimasakti baru bertaburan. Kami melayang telanjang dalam sebuah persetubuhan transenden sampai

grativasi menarik balik.

Kami

… terjatuh

Dan kami adalah bayi kembar yang baru lahir dan mengalami disorientasi. Kami adalah Adam dan Hawa yang terbuang dan terpisah jauh. Kami anak-anak yang terbawa arus samudra dan terpisah…

Maka Islam tetaplah Islam, dan Katolik tetaplah Katolik. Kembalilah ia kepada makhluk lelaki yang mencintai tubuhnya seperti mencintai perabot tempat ibadah di gerejanya.

Jika saat itu saya mengerti betapa piciknya kebudayaan mememenjarakan kami. Jika saat itu kunci atas kebudayaan ada di saya seperti sekarang ini; kunci pengetahuan dan kunci pembebasan. Maka dunia bisa berubah indah.

Paling tidak dunia kami berubah indah, persetan dan ke neraka buat orang lain yang masih betah di neraka agama saling bunuh, saling siksa, saling hujat menghujat.

Persetan buat kalian yang masih nyaman dalam kebodohan. Setan!

Depok, 24 Nopember, 2008


Terima kasih sudah membaca tulisan lama yang baru saya gali ini. Jika kalian suka yang kalian baca, bolehlah kiranya traktir saya kopi supaya tetap semangat mengisi blog ini, dan merasa ada yang menghargai pemikiran saya. Makasih sudah mampir.

Alam, Cinta, Puisi

Antara Tanah Liat dan Batu Kali

file yang terkubur, mungkin terjemahan atau sangat terpengaruh Rimbaud

Photo by cottonbro on Pexels.com

Cinta tidaklah memuaskan dirinya sendiri
atau mengasihi diri sendiri

Cinta memberikan ruang pada yang dicinta
& membuat surga dalam keputusasaan neraka
Keliatan tanah membentuk kemanusiaan
rela terbentuk dan hilang oleh alam

Cinta hanya ingin memuaskan dirinya sendiri
untuk mengikat orang lain demi kesenangan pribadi
bahagia atas keterbatasan yang dicintai
dan membangun neraka atas nama surga

Kekerasan tersapu air dan menjadi bercahaya
licin, menjebak, dan membawa kekerasan
kita adalah daun yang terbawa di antara
Tanah liat dan batu kali

Depok, 5 Juli, 2008


Terima kasih telah membaca puisi ini. Kalau kamu suka dengan yang kamu baca, traktir saya kopi dengan menekan tombol berikut ini:

Cinta, Eksistensialisme, Puisi

Vanili

Ivan dan Lily malam ini
Tergeletak di jalan sepi
Dua kekasih hati
Sudah dipisahkan mati

Kebut-kebut, rasa menggebu
Gebu-gebu dada berpacu
Pacu-pacu menuju ayahmu
Malam ini kulamar kamu

Berdua sepulang kerja
Lily dan Ivan menatap senja
Dari atas flyover Jakarta
Ivan menyatakan cinta

Sudah bersahabat tahun ke lima
Sudah lewat banyak masa
Dan gagalnya banyak cinta
Tentu saja, Lily bilang iya

Tapi kau harus temui aku punya Papa