Film

Ketika Laron Bermetamorfosis Menjadi Kunang-Kunang: Sebuah Dongeng dalam Film Kunang-Kunang karya Zidny Nafian

kunang2

Pernah diterbitkan di Jakartabeat.

Saat tulisan ini dibuat, seorang kulit hitam tua di depan sebuah kafe di Washington DC sedang mengais-ngais sampah mencari makanan. Ia berbaju tebal dan membawa kereta dorong berisi seluruh hidupnya. Ia bergumam sendiri, dan saya tidak bisa mendengar dengan jelas gumamannya dari balik jendela kafe. Ironis. Homeless di Washington DC, salah satu kota terbaik di dunia, dengan banyak kelas menengah atas. Kota yang konon paling teratur di Amerika Serikat. Mereka (homeless) ada begitu banyak, dan setiap akhir pekan mereka akan berkumpul di taman-taman di dekat objek-objek wisata untuk mengemis pada turis. Saya pernah bertanya pada seorang kawan, warga negara Amerika, kenapa ada banyak sekali Homeless di kota ini. Ia hanya menjawab, “It’s none of my business, there are people getting paid to take care of that.” Mungkin kalau dia ke Jakarta dan bertanya pada saya tentang gembel-gembel di Jakarta, jawaban saya akan lebih sadis: “Bukan urusan saya. Itu salah mereka sendiri, kebanyakan dari mereka penipu kok.”

Baca lebih lanjut

Buku, Memoir

Punya Peta di Norwegian Wood

diambil dari eseinosa.tumblr.com
image

Memasuki Norwegian Wood, saya tak tersesat. Berbeda dengan karya-karya Murakami yang lain, dengan surrealisme dan ruang-ruang tak tertebak, Norwegian Wood sama sekali tak menantang. Bukan hanya karena ini karya ‘terpopuler’ dan ‘teringan’ karya Murakami, tapi juga karena untuk pertama kalinya dalam pengalaman saya membaca novel, saya seperti melihat diri saya sendiri. Begitu dekat, namun lebih dramatis. Novel ini membawa saya melihat kembali masa lalu saya sebagai mahasiswa kelas menengah yang terjebak situasi percintaan kacau balau.

Baca lebih lanjut