Memoir, Racauan, Uncategorized

Islam dan Saya (Bagian I dari IV)

Disclaimer: Saya mengaku sebagai seseorang yang masih suka shalat dan puasa (walau bolong-bolong), masih percaya pada spiritualitas  (atau Allah SWT), tidak percaya pada institusi bernama agama (atau agama yang diinstitusikan–termasuk Ustad-Ustad yang saya tidak kenal dekat dan suka omong sembarangan), dan memilih jalan hidup yang selalu mencari tanpa pernah selesai sampai saya mati. Saya menerima takdir saya sebagai orang yang selalu bodoh tapi senang berdiskusi, dan sebal  jika dinasihati tanpa mau didengarkan. Jadi kalau setelah membaca tulisan ini Anda mau menasihati saya, saya akan langsung hapus komentar Anda. Kalau Anda ngeyel saya akan flag akun Anda, biar kita terasing satu sama lain. Ha-ha-ha-ha.

 

Saya lahir dan dibesarkan dalam keluarga muslim yang moderat. Mama saya seorang pencari Tuhan yang pernah berkelana dari pesantren ke pesantren karena itu ketika bicara soal Islam saya harus bicara soal Mama saya. Mama hampir hafal Al-Quran dan terjemahannya, sekali mengaji kalau ia sedang khusyuk bisa khatam satu-dua kali. Dia tidak pernah meninggalkan shalat kecuali kalau diharuskan (untuk perempuan), dia juga sering puasa dan shalat malam dengan penuh doa dan tangis.

Mama saya adalah seorang semi-paranormal. Ia bisa melihat makhluk halus tapi memilih untuk menganggap mereka seperti kucing dapur. Tanyalah padanya, dan ia akan menyangkal. Ia juga punya kemampuan menyembuhkan beberapa penyakit ringan, dari masuk angin sampai ketempelan jin–ya, saya pernah beberapa kali ketempelan Jin, dan Mama akan mengurut sambil membaca doa-doa, menekan jempol kaki, lalu berdoa lagi sambil meniup air putih, diminumkan pada saya dan saya langsung teler dan tidur, besoknya sembuh.

Dan ketika saya, anak lelakinya yang paling ringkih ini, sakit parah hingga harus bedrest atau diopname, suara mengaji Mama yang akan membuat saya bisa tidur dan tahan terhadap segala kesakitan. Sejak kecil saya beberapa kali diopname, dari typhus, dilempar beling, demam berdarah, dan banyak lagi–suara mengaji Mama selalu menemani.

Ada satu ingatan yang saya tidak bisa lupa. Suatu kali ketika usia saya 9 atau 10 tahun, saya diopname di rumah sakit Harapan Kita. Saya satu kamar dengan bayi-bayi yang bermasalah (ada yang penisnya hilang, ada yang jantungnya tidak bekerja dll.), beberapa dari mereka di inkubator sedang sisanya di ranjang bayi. Tempat tidur saya ada di paling pojok ruangan, persis di dekat jendela.

Entah kenapa saya ditempatkan di kamar itu, mungkin karena biayanya tidak terlalu mahal. Mama tidur di bawah ranjang saya, di atas sajadahnya. Seperti biasa, setiap malam Mama shalat dan mengaji. Suatu malam, saya melihat ke jendela saya ketika mama sedang mengaji. Ada seorang perempuan, usianya sekitar tiga puluhan, melihat ke dalam kamar dari luar jendela. Matanya sendu, dan sepertinya semakin Mama mengaji wajahnya semakin pilu–seperti menikmati melankolia. Saya tahu karena entah kenapa saya tidak takut untuk terus melihat perempuan itu. Saya kasihan, dia sepertinya kesepian, dan suara mengaji Mama menghiburnya dengan cara yang sangat aneh.

Entah surah apa dan ayat berapa, suara mengaji Mama seperti obat bius buat saya. Saya perlahan tertidur. Ketika saya bangun pagi itu, dan duduk menghadap jendela, saya baru sadar. Saya ada di lantai atas–mungkin lantai tiga atau empat saya lupa persisnya. Dari kamar saya di siang hari saya bisa melihat lanskap luar rumah sakit. Ada kuburan yang sangat luas jauh di luar lapangan parkir rumah sakit. Artinya, tadi malam, perempuan itu…

Bersambung ke bagian II

 

Screen Shot 2016-01-08 at 5.01.51 PM
photo: etsy.com

 

11 pemikiran pada “Islam dan Saya (Bagian I dari IV)

  1. Ping-balik: Orang Gila

Tinggalkan Balasan

Isikan data di bawah atau klik salah satu ikon untuk log in:

Logo WordPress.com

You are commenting using your WordPress.com account. Logout /  Ubah )

Foto Facebook

You are commenting using your Facebook account. Logout /  Ubah )

Connecting to %s

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.