Alam, Eksistensialisme, Perlawanan, Puisi, Uncategorized

Terjebak di Goa Kehilangan

540

Aku terbangun terkena silau cahaya rembulan
Entah sudah berapa lama aku terbaring di goa ini
Punggungku sakit, mungkin beberapa rusuk patah
Suaraku hilang,

Aku haus…

Aku ingin air…

Ada tetesan yang terdengar, menggaung di udara

Tik…

Tik…

Tik…

Aku berusaha bangun dan membawa tubuhku yang rapuh
Yang bergeser adalah luka-luka di dalam luka

Tik…

Tik…

Tik…

Aku mengikuti kemana arah tetesan
“Ke sini…” Kata sebuah suara
Terjebak di goa yang sama

Tik…
“Ke sini…”
Tik…
“Minumlah…”
Tik…

Aku menegak tetes demi tetes air
Yang jatuh dari stalaktit
Tawar tapi tajam rasanya
Setajam langit-langit

Aku pandangi langit-langit

Jutaan tahun menetes
“–sekarang kau bisa mendengar dan melihat kami”

Pusaran waktu
Pusara tanpa
Nisan batu
terkandung
di dalam setiap tetes

Seorang wanita
yang kehilangan suami

Seorang pria
yang kehilangan istri

Seorang anak
yang kehilangan orang tua

Satu pusara tanpa nama
mengandung jutaan nyawa
yang terbuang percuma

Aku masih menegak
setiap tetes demi tetes
dan luka-luka di tubuhku
menutup dan sembuh

Kekuatanku kembali
sakit kubawa berdiri
Kurasa aku bisa lari
karena menegak air

Kehilangan

Air pengetahuan tentang mereka
yang tinggal nama, kenangan
dan ketidakjelasan

Kesakitan jatuh ditukar
kekuatan kesadaran dan dendam
kesumat pada waktu dan rezim membeku

Aku akan memanjat ke luar
menuju cahaya rembulan
dan kuteriakan setiap nama
dari tetes yang kutelan

New York –  Washington DC, 20-22 Januari 2016 

 

 

 

 

Tinggalkan Balasan

Isikan data di bawah atau klik salah satu ikon untuk log in:

Logo WordPress.com

You are commenting using your WordPress.com account. Logout /  Ubah )

Gambar Twitter

You are commenting using your Twitter account. Logout /  Ubah )

Foto Facebook

You are commenting using your Facebook account. Logout /  Ubah )

Connecting to %s

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.