Alam, Eksistensialisme, Perlawanan, Puisi

Homunculus

Source: http://tamrielvault.com/group/character-building/forum/topics/character-build-the-hermit
Source: http://tamrielvault.com/group/character-building/forum/topics/character-build-the-hermit

Seorang tua dan anak kecil
Tinggal di belantara pikiranku

Si orang tua penuh bijak dan menganggap
Dirinya tiada

Si anak kecil penuh cinta dan menganggap
Dirinya segala

Si orang tua bersemedi di pohon nan tinggi
Si anak kecil bermain di rimba nan buas

Si orang tua menguasai hari terang
Si anak kecil menguasai hari gelap

Terkadang mereka berseteru
Hutan terbakar jadi debu menderu
Dalam kacau mereka berseru:
Biarkan aku jadi aku!

Tapi terkadang mereka bergandengan
Seperti magrib dan subuh yang meremang
Si muda diangkat, ditimang-timang
Si tua menjingkat, tersenyum senang

Dan begitulah belantaraku
Jinak dan buas, haus dan puas
Lembut dan keras, dingin dan panas
Baik dan jahat, lepas dan lekat

Semua paradoks belantaraku
Tak pernah ia kering
Tak pernah ia habis
Walau selalu terkikis

Alam, Cinta, Eksistensialisme, Puisi

Kendala Kundera

00.-unbearable

Kita berdua berdiri bergandengan tangan

di pinggir pantai matahari terbenam
dan rembulan perlahan muncul membirukan jingga

Kita berjanji bergandengan tangan
tapi bahtera tak kunjung tiba dan air laut naik
dan kaki kita terjangkar dan kita bergandengan dan kita berciuman dan kita bercinta dan air laut naik ke kaki, ke pinggang, ke perut, dada, leher, ke kepala

Dan kita tenggelam.

Untuk apa semua ini?

Aih, aku benci Milan Kundera
Ini semua akibat dia sakit perut di suatu pagi
dan menciptakan kita dan semua perselingkuhan!

Sial!

Alam, Perlawanan, Puisi

Berlari, Belantara tidak Berpikir tentang Janinmu

running_through_the_woods_by_darkhorses90-d4h8ywn

Berlari, belantara tidak berpikir tentang janinmu
padahal kau selalu menganggap dirimu tanah, bumi, yang subur
yang sakit ketika harapan-harapan gugur
tanpa pernah lahir tanpa pernah terkubur

Bercak-bercak darah
serpihan-serpihan benih
berserakan di lapangan bunga
dan membunuh semua yang hidup

Dasar bodoh,
Alam tidak akan peduli kesakitan, kenikmatan
Ia tidak menangis, tidak mengeluh,
ia tidak mengadili atau menghukum
ia tidak pasif tidak juga aktif
ketika ia muntah bencana dan membunuh kita semua
ketika kiamat yang kau imani itu datang

Ibu kita pertiwi akan tetap kokoh dan melahirkan dan membunuh
tanpa perasaan, tanpa apa. Terus mengada dan menghilang.

Tidak seperti kau!

Makhluk jalang fana, yang bersembunyi di balik
simbol-simbol kepalsuan yang kau buat di atas wajahmu

Lihat!
Langit biru, terik, angin menghilang
akan ada badai datang, sayang
Kau tak mungkin jadi ibu pertiwi
kalau selalu takut badai

Semoga anak itu mati sebelum lahir,
Dan jadilah ia manusia paling beruntung.
Karena ibu sepertimu, adalah bencana
Kau pikir kenapa aku lari?

Washington DC, 12 Juli.

Alam, Cinta, Puisi

Muntah Kun!

icelandSebanyak apapun kau muntahkan
Kau akan selalu mual dan muntah
Muntahanmu takkan pernah usai
Hingga kau sumpal dengan wajah

Wajah yang berseri, wajah yang tersenyum
Wajah yang berkata semua baik-baik saja

Hingga kau sendirian dan tak ada mata
Yang mandang wajah sumpalan
Dan kembali mual dan muntah
Isi perutmu tak ada batas

Kau muntahkan cinta, rindu, dendam
Kau muntahkan rasa perih binasa
Kau muntahkan alam semesta
Kenapa tak henti kau pun tak paham

Akal tak bisa menjelaskan
Bagaimana muntah menjelma
Jadi kata, jadi gerak, jadi aksara
Dan dari muntah kau berbagi sengsara

Tidak ada nikmat yang dibawa
Sengsara kembaran samsara

Dan kau sadar, disitulah asal tiada
Pada ia yang kembali ke samsara
Dan membuatmu sengsara
Meratapi pusara
Lara
Ara
Ra
A

Kun fa ya kun!

Allah adalah segala
Ia adalah kita Ia adalah semesta
Ia kekal tak berawal dan tak berakhir
Maka semua  kekal tak berawal tak berakhir

Kun fa ya kun!

Berubah bentuk bereinkarnasi menjadi jadi
Menjadi tanah, menjadi abu, menjadi udara
Menjadi batu menjadi ilmu menjadi lembu
Menjadi ini menjadi itu menjadi hampa dan
Menjadi ada menjadi tiada menjadikan kun!

Kun fa ya kun! Terjadi!
Kun fa ya kun! Mengada!
Kun fa ya kun! Meniada!

Innalilahi wa inna ilaihi raa ji’un!
Maka terjadilah ketiadaan…