Cinta, Eksistensialisme, Kontributor, Puisi

Lara

Dia cantik, mempesona dan gemerlap
Dia bahagia, memikat dan memukau
Dia hebat, bersinar dan candu
Jalan buntu menghalangi, menghujam, dan mematung
Lara tak dapat ditolak, namun tidak untuk diundang
Tersenyum tak menampak
Tertawa tak melepas
Hanya sebuah karya Tuhan yang mendamba embun
Lalu bagaimana lara membunuhnya?
Biarlah ia mati, dan kan ku hidupkan lagi dia yang lalu

ISMI, 2022

 Ismi Budiawan mengakui dirinya sebagai Perempuan Matahari dan Broadcaster of Happiness

Follow Ismi di @ismibudiawan (instagram)


Ini adalah tulisan pertama dari kontributor eseinosa. Jika kamu ingin berkontribusi, silahkan email tulisanmu ke kontributor@eseinosa.com , dengan subjek “kontributor eseinosa”.

Kamu tidak akan dibayar, tapi saya akan bantu edit dan peer review atau edit esei, cerpen, puisi, review, atau racauanmu, jika sedang ada waktu dan saya suka.

Kontributor, Puisi

Tak Bersayap

Semua mata menatap bengis
Isi kepala memendam kebencian
Nurani tak lagi jernih
Jiwa tak berhati
Mengapa harus tak rela?
Sedang aku sempat mendaki saat kau mendayung
Mengapa tuan tak ikhlas?
Sedang kau berkidung syahdu saat aku beriak, memohon, dan menyembah
Merpati terbang menuju bulan
Cahaya surga mendampingi
“Hai, apa kabar?” katanya
Terlalu melampaui sayapnya mengepak
Hingga patah berhamburan

ISMI, 2022

Ismi Budiawan adalah seorang Perempuan Matahari dan Broadcaster of Happiness.
follow dia di @ismibudiawan (instagram)

Alam, Eksistensialisme, Perlawanan, Puisi, terjemahan

Giting Suci (puisi Jim Morrison)

Kubilang padamu….
Tak ada pahala yang bisa mengampuni kita
Karena membuang subuh

Dulu semua hal begitu
sederhana dan lebih membingungkan

Satu malam musim panas, waktu jalan ke dermaga
Aku bertemu dua gadis muda
Yang pirang bernama Kebebasan
Yang gelap bernama Ikatan
Kami ngobrol dan mereka cerita padaku
Sekarang dengarkan ini:

Aku akan cerita soal Radio Texas dan dentuman besarnya
Dibawa halus, perlahan dan gila
Seperti bahasa baru
Menggapai kepalamu dengan amarah, Yang dingin dan tiba-tiba dari seorang Nabi

Aku akan cerita soal sakit hati dan kehilangan Tuhan
Berkelana, kelana di malam sia-sia
Di daerah ini tak ada bintang

Di sini kita menyatu, giting suci

Jika kamu suka dengan terjemahan ini, traktir saya kopi dong. Biar saya semangat nulis dan nerjemahin terus. Klik tombol di bawah ini yaaa…

Puisi, Workshop

Mengubah Rasa Jadi Puisi

Kekasihmu pergi, orang yang kau cintai meninggal, kau tidak lulus sekolah, kau ditembak gebetanmu, kamu masuk kampus yang kamu inginkan, atau dapat pekerjaan ideal. Semua kejadian ini menyisakan rasa yang kuat. Bagaimana caranya untuk berbagi rasa ini kepada banyak orang? Toh tidak semua orang mengalami apa yang kamu alami. Jawabannya: dengan puisi.

Temukan apa yang mau kamu katakan secara literal tapi tidak mungkin kamu katakan. Misalnya kamu mau bilang, “Benci untuk mencinta” pada pacarmu. Walau mengandung ironi, tapi ini bukan puisi. Ini kalimat yang jelas, yang interpretasinya tidak banyak. Kita akan buat kalimat ini jadi kaya dengan rasa.

Biasanya yang pertama harus ditarik dulu adalah sebuah rasa yang abstrak. Benci dan cinta sendiri adalah kata-kata yang sudah abstrak, kita tidak bisa menyentuh benci atau cinta. Maka untuk menjadikannya puisi kita bisa membuatnya menjadi fenomena nyata dengan kata benda dan kata kerja. Benci untuk mencinta, adalah ketidaksukaan untuk melakukan yang kita suka, karena yang kita suka merugikan kita. Cari perumpaannya, membenci yang kita cintai itu seperti…. Kecanduan pada narkoba, misalnya. Maka untuk bilang aku cinta untuk membenci dalam puisi, bisa saja (satu diantara banyak caranya), memakai perumpaaan narkoba. Jadinya seperti ini:



***
Heroin, pahlawanku, yang tak bisa kulepaskan Atau tak mau melepaskanku

Meth, kristal paling berharga, dan tubuhku rubuh, organku rusuh ingin kau!

Kau, opium terkuat, seperti Tuhan yang ilusif antara ada dan tiada,

Tapi opresif
Posesif.

***

Jadi untuk membuat puisi dari rasa dan emosi, yang kamu perlukan adalah manifestasi nyata dari rasa itu, dengan perumpamaan-perumpaan yang menimbulkan rasa semacam itu. Dan dengan perumpamaan puisimu bisa membuka pintu persepsi banyak orang. Bukan hanya untukmu.