Dia cantik, mempesona dan gemerlap Dia bahagia, memikat dan memukau Dia hebat, bersinar dan candu Jalan buntu menghalangi, menghujam, dan mematung Lara tak dapat ditolak, namun tidak untuk diundang Tersenyum tak menampak Tertawa tak melepas Hanya sebuah karya Tuhan yang mendamba embun Lalu bagaimana lara membunuhnya? Biarlah ia mati, dan kan ku hidupkan lagi dia yang lalu
ISMI, 2022
Ismi Budiawan mengakui dirinya sebagai Perempuan Matahari dan Broadcaster of Happiness
Ini adalah tulisan pertama dari kontributor eseinosa. Jika kamu ingin berkontribusi, silahkan email tulisanmu ke kontributor@eseinosa.com , dengan subjek “kontributor eseinosa”.
Kamu tidak akan dibayar, tapi saya akan bantu edit dan peer review atau edit esei, cerpen, puisi, review, atau racauanmu, jika sedang ada waktu dan saya suka.
Semua mata menatap bengis Isi kepala memendam kebencian Nurani tak lagi jernih Jiwa tak berhati Mengapa harus tak rela? Sedang aku sempat mendaki saat kau mendayung Mengapa tuan tak ikhlas? Sedang kau berkidung syahdu saat aku beriak, memohon, dan menyembah Merpati terbang menuju bulan Cahaya surga mendampingi “Hai, apa kabar?” katanya Terlalu melampaui sayapnya mengepak Hingga patah berhamburan
ISMI, 2022
Ismi Budiawan adalah seorang Perempuan Matahari dan Broadcaster of Happiness. follow dia di @ismibudiawan (instagram)
Kubilang padamu…. Tak ada pahala yang bisa mengampuni kita Karena membuang subuh
Dulu semua hal begitu sederhana dan lebih membingungkan
Satu malam musim panas, waktu jalan ke dermaga Aku bertemu dua gadis muda Yang pirang bernama Kebebasan Yang gelap bernama Ikatan Kami ngobrol dan mereka cerita padaku Sekarang dengarkan ini:
Aku akan cerita soal Radio Texas dan dentuman besarnya Dibawa halus, perlahan dan gila Seperti bahasa baru Menggapai kepalamu dengan amarah, Yang dingin dan tiba-tiba dari seorang Nabi
Aku akan cerita soal sakit hati dan kehilangan Tuhan Berkelana, kelana di malam sia-sia Di daerah ini tak ada bintang
Di sini kita menyatu, giting suci
Jika kamu suka dengan terjemahan ini, traktir saya kopi dong. Biar saya semangat nulis dan nerjemahin terus. Klik tombol di bawah ini yaaa…
Kekasihmu pergi, orang yang kau cintai meninggal, kau tidak lulus sekolah, kau ditembak gebetanmu, kamu masuk kampus yang kamu inginkan, atau dapat pekerjaan ideal. Semua kejadian ini menyisakan rasa yang kuat. Bagaimana caranya untuk berbagi rasa ini kepada banyak orang? Toh tidak semua orang mengalami apa yang kamu alami. Jawabannya: dengan puisi.
Temukan apa yang mau kamu katakan secara literal tapi tidak mungkin kamu katakan. Misalnya kamu mau bilang, “Benci untuk mencinta” pada pacarmu. Walau mengandung ironi, tapi ini bukan puisi. Ini kalimat yang jelas, yang interpretasinya tidak banyak. Kita akan buat kalimat ini jadi kaya dengan rasa.
Biasanya yang pertama harus ditarik dulu adalah sebuah rasa yang abstrak. Benci dan cinta sendiri adalah kata-kata yang sudah abstrak, kita tidak bisa menyentuh benci atau cinta. Maka untuk menjadikannya puisi kita bisa membuatnya menjadi fenomena nyata dengan kata benda dan kata kerja. Benci untuk mencinta, adalah ketidaksukaan untuk melakukan yang kita suka, karena yang kita suka merugikan kita. Cari perumpaannya, membenci yang kita cintai itu seperti…. Kecanduan pada narkoba, misalnya. Maka untuk bilang aku cinta untuk membenci dalam puisi, bisa saja (satu diantara banyak caranya), memakai perumpaaan narkoba. Jadinya seperti ini:
*** Heroin, pahlawanku, yang tak bisa kulepaskan Atau tak mau melepaskanku
Meth, kristal paling berharga, dan tubuhku rubuh, organku rusuh ingin kau!
Kau, opium terkuat, seperti Tuhan yang ilusif antara ada dan tiada,
Tapi opresif Posesif.
***
Jadi untuk membuat puisi dari rasa dan emosi, yang kamu perlukan adalah manifestasi nyata dari rasa itu, dengan perumpamaan-perumpaan yang menimbulkan rasa semacam itu. Dan dengan perumpamaan puisimu bisa membuka pintu persepsi banyak orang. Bukan hanya untukmu.